Kepada seluruh Diaspora Indonesia di Amerika Serikat,
Saudara-saudaraku,
Di awal tahun 2013 ini, perkenankan saya atas nama keluarga – istri saya Rosa, dan putra-putri kami Alexa, Keanu, Chloe – serta atas nama keluarga besar KBRI Washington, D.C. dan seluruh KJRI se-AS (Chicago, Houston, Los Angeles, New York, San Francisco) mengucapkan Selamat Tahun Baru 2013.
Tidak terasa saya telah memasuki tahun ke-3 sebagai Duta Besar Indonesia di Amerika Serikat. Selama lebih dari 2 tahun mengawal hubungan RI – AS, saya sangat bersyukur atas kerjasama dan persahabatan yang telah terjalin dengan diaspora Indonesia.
Dalam surat terbuka saya tahun 2011, saya memaparkan sejumlah prakarsa baru yang akan dirintis KBRI dan KJRI se-AS. Kami bersyukur bahwa sebagian besar dari gagasan-gagasan ini telah berhasil dicapai, antara lain:
- American Batik Design Competition (ABDC) yang sukses dilaksanakan di tahun 2011, dan berlanjut di tahun 2012 dengan pameran American Batik Exhibitions di Jakarta Convention Center dan di Grand Indonesia, dari 15 Februari – 4 Maret 2012. Saya senang bahwa komunitas batik di Indonesia menyambut baik lomba desain batik Amerika dan karya-karya yang dihasilkannya. Ini mencerminkan bahwa batik mulai mendunia dan dapat berasimilasi ke dalam budaya Amerika.
- Indonesia-US Think-Tank Conference telah diselenggarakan di Jakarta pada bulan Juli 2012. Forum ini untuk pertama kalinya mempertemukan berbagai think-tank kedua negara untuk bertukar pandangan mengenai masalah-masalah strategis.
- The International Conference on Futurology (ICF) telah dilaksanakan di tahun 2011, dan kembali digelar bulan Oktober 2012, dihadiri sekitar 1200 peserta. ICF tahun 2012 secara khusus menampilkan sejumlah inovator dari diaspora Indonesia: Edi Sulistyo dari perusahaan IT GuestHub (Columbus, Ohio), Dr. Danet Suryatama (University of Michigan), Profesor George Anwar (Berkeley, California) dan arsitek Daliana Suryawinata (Belanda).
- Film Hollywood “The Philosopher” sudah selesai shooting di Indonesia, dan tahun ini akan mulai beredar di bioskop AS. Di sini, KBRI Washington DC berkehormatan menjadi pihak yang mempertemukan produser film “The Philosopher” dengan investor Indonesia. Saya juga gembira, film aksi Indonesia seperti The Raid berhasil diputar di berbagai bioskop AS, bahkan masuk dalam pemasaran on-line seperti di Netflix.
- Gagasan untuk membentuk The Indonesia Network telah tercapai dengan lahirnya The Indonesian Diaspora Network (IDN). Gagasan Indonesian Diaspora Brain Bank juga telah mulai bergerak, dan akan berfungsi sebagai hub serta database figur-figur diaspora Indonesia yang profesional dan berprestasi.
- Upaya untuk mempertemukan Permias yang selama ini cenderung terpencar telah tercapai dengan terlaksananya Kongres Permias se-Amerika Serikat bulan Juli 2012 di Los Angeles, bersamaan dengan Kongres Diaspora Indonesia.
- Untuk meningkatkan budaya unggul di kalangan diaspora Indonesia, kami telah menerbitkan buku “Life Stories: Resep Sukses dan Etos Hidup Diaspora Indonesia di Negeri Orang”. Buku ini sudah beredar di Indonesia dan mendapat sambutan sangat baik di Indonesia dan juga sudah disebarkan melalui seluruh Perwakilan RI di seluruh dunia. Selain itu, telah pula dijalankan Ambassador’s Award for Excellence untuk siswa-siswi Indonesia yang berprestasi di AS, dan juga Indonesian Business Plan Competition (Indopreneur-USA) untuk mencari diaspora yang mempunyai ide bisnis yang cemerlang dan mempertemukan mereka dengan Angel Investors di Indonesia. Dr. Danet Suryatama (lulusan University of Michigan), inovator mobil listrik, adalah salah satu pemenang dari business plan competititon ini.
- Di bulan Februari 2012, sebagai bentuk peran serta Indonesia dalam memajukan perdamaian di Timur Tengah, KBRI Washington, D.C. memprakarsai US-Indonesia Interfaith Mission for Peace and Understanding to the Middle East. Kegiatan ini mengundang 20 pemuka lintas agama (Islam, Kristen dan Yahudi) dari Indonesia dan AS untuk melakukan perjalanan spiritual bersama ke Indonesia, Timur Tengah dan Amerika Serikat. Hasil misi bersama para pemimpin agama RI – AS ini telah dipresentasikan di Kongres AS.
- Selama kurun waktu tahun 2012 lalu, KBRI juga telah menyelenggarakan berbagai program lainnya, misalnya Indonesian Food Day untuk lebih dari 30 ribu siswa SD di Washington, D.C.; program Teletownhall Meeting bersama diaspora RI di AS; program Skype Friends RI-USA yang menghubungkan murid-murid sekolah di AS dan di Indonesia; program Blind Empathy for Children yang mengorganisir bantuan kemanusiaan anak-anak Indonesia untuk kalangan homeless di AS; premier film “Born to be Wild” (film dokumenter mengenai aktivis pelindung orangutan Birute Galdikas di Kalimantan) di Jakarta yang dihadiri oleh Presiden RI dan Menteri-Menteri Kabinet serta aktivis lingkungan hidup, dll.
Saya akui, tidak semua gagasan berhasil dilaksanakan. Misalnya, rencana untuk memproduksi reality show “Dangdut Goes to America” masih belum gol; upaya untuk mengadakan shooting reality show terkenal AS “The Bachelorette” di Indonesia hampir berhasil, namun kandas di menit terakhir karena tidak tercapai deal yang pas. Rencana untuk mengadakan Conference on Corporate Social Responsibility (CSR), dan untuk membuat fine-dining Indonesian Restaurant yang baru di AS, sampai sekarang juga belum terlaksana. Semua ini adalah cerminan dari kekurangan saya dan sepenuhnya tanggung-jawab saya sebagai pemimpin diplomasi Indonesia di AS, dan saya akan terus berupaya lebih baik ke depan.
Yang membesarkan hati, hubungan Indonesia – Amerika Serikat terus berkembang dan kini berada dalam kondisi yang mapan. Terlepas dari sejumlah masalah bilateral yang masih perlu diselesaikan, semangat untuk bekerjasama semakin tinggi dan semakin meluas di berbagai instansi Pemerintah kedua belah pihak. Intensitas hubungan antar-masyarakat jauh melampaui hubungan antar-pemerintah – suatu fenomena yang positif. Indonesia diapresiasi Amerika Serikat sebagai salah satu raksasa Asia – sebagai emerging economy, sebagai negara demokrasi besar, dan sebagai kekuatan regional. Sewaktu revolusi “Arab Spring” mulai bergulir, sejumlah pejabat maupun pakar AS ramai merujuk pada Indonesia sebagai model transisi yang sukses.
Dari segi kegiatan bilateral, Presiden Barack Obama telah berkunjung ke Bali bulan November 2011, sementara Presiden SBY berkunjung ke New York (September 2012) untuk membuka “Indonesia Investment Day” di Wall Street, dan mengadakan roundtable breakfast dengan CEO NY Stock Exchange dan dengan CEO perusahaan-perusahaan terkemuka AS. Presiden SBY juga menerima “Valuing Nature Award” dari WWF, CTI, WRI, yang mencerminkan pengakuan internasional atas kinerja Indonesia dalam bidang lingkungan hidup. Sejak 2010, Menlu Marty Natalegawa dan Secretary of State Hilary Clinton sudah 3 kali memimpin pertemuan tahunan US-Indonesia Joint Commission Meeting (JCM). “Indonesia Caucus” di Kongres AS juga terus tumbuh dengan semakin banyaknya anggota Kongres yang bergabung. Sementara di DPR RI sudah terbentuk Kaukus DPR RI – AS. Dengan terpilihnya kembali Presiden Barack Obama dalam pemilu 2012 lalu, US – Indonesia Comprehensive Partnership akan terus melaju, karena AS dalam 4 tahun ke depan akan tetap dipimpin oleh seorang Presiden yang sangat familiar dengan budaya dan batin Indonesia.
Dan yang terpenting, merekahnya hubungan RI – AS ini membawa manfaat kesejahteraan serta peluang yang lebih besar bagi rakyat Indonesia. Volume perdagangan RI – AS (Januari – Oktober 2012) lebih dari US$ 22 milyar, sementara investasi AS di Indonesia sejak tahun 2010 tetap berada di 5 besar. Di bidang pendidikan, sudah terjalin sekitar 15 kerjasama antara Perguruan Tinggi dan skema “double degree”, antara lain melibatkan Ohio University, ITB, University of Florida; maupun kerjasama student exchange antara lain University of Hawaii dengan Universitas Islam Indonesia dan UGM. Indonesia juga mendapatkan hibah dari AS sebesar 600 juta dollar melalui program Millennium Challenge Corporation (MCC) di bidang kesehatan (i.e. nutrisi anak), modernisasi sistem pengadaan (procurement) dan green prosperity. AS juga membantu modernisasi sistem pertahanan Indonesia dengan kesepakatan untuk memberikan 24 pesawat F-16 melalui fasilitas Excess Defense Article (EDA), yang kini sedang di-refurbish dengan biaya sekitar US$ 669 juta dari Pemerintah Indonesia.
Manfaat kerjasama ini berlaku 2 (dua) arah. Perusahaan penerbangan Indonesia Lion Air membeli 281 pesawat 737 seharga kurang lebih US$ 25 milyar – yang merupakan single commercial deal terbesar dalam sejarah Boeing. Investor Indonesia juga mulai masuk ke AS. Sejumlah filantropis dari Indonesia aktif mendukung program riset di Universitas dan think tank bergengsi AS: di Harvard University, Stanford University, The Carnegie Endowment for International Peace, CSIS, USINDO, dan lain-lain. Pengusaha Indonesia Erik Thohir membeli tim sepakbola AS, DC United, dan menjadi part-owner tim basket Philadelphia Sixers.
Dari semua kegiatan penting ini, mungkin yang paling berdimensi historis adalah Kongres Diaspora Indonesia yang diselenggarakan di Los Angeles bulan Juli 2012. Saya katakan bersejarah karena Kongres ini berhasil menyulut suatu identitas dan kebanggaan baru sebagai “Diaspora Indonesia”. Di Los Angeles, untuk pertama kalinya lebih dari 2000 diaspora Indonesia dari 21 negara bertemu dalam satu forum khusus, berembuk selama 2 hari untuk membahas berbagai topik: inovasi dan pendidikan, ekonomi kreatif, restoran Indonesia, soft power, kewirausahaan, citizenship and immigration, pluralisme dan demokrasi, serta isu-isu relevan lainnya. Kongres ini kemudian melahirkan Declaration of Indonesian Diaspora – apa yang disebut Anies Baswedan sebagai Sumpah Pemuda ke-2 yang berisi visi yang segar mengenai diaspora, dan mengenai masa depan Indonesia. (Naskah deklarasi diaspora tercantum di bawah). Di akhir Kongres, Deklarasi ini dibacakan oleh wakil-wakil diaspora Indonesia dari berbagai penjuru dunia, dalam berbagai bahasa dunia – sungguh suatu momen yang tak terlupakan (video pembacaan deklarasi dapat dilihat melalui link Youtube: http://www.youtube.com/watch?v=8vMhWBRSuWE)
Kongres Diaspora Indonesia telah secara efektif merubah profil orang Indonesia di luar negeri, dan bahkan telah menjadi sumber inspirasi bagi bangsa Indonesia. Kongres telah memproklamirkan eksistensi diaspora sebagai suatu komunitas yang kaya – kaya ilmu, kaya modal, kaya semangat, kaya peluang, dan kaya jaringan, – dan mengukuhkan kembali tali batin diaspora dengan Indonesia.
Setelah sukses Kongres Diaspora Indonesia di Los Angeles, proses ini kemudian mempunyai nyawa sendiri. The genie is now out of the bottle !
Tiga (3) pengusaha diaspora Indonesia – Edward Wanandi dari Chicago, Fify dan Robert Manan dari Atlanta dan Felice Gunawan dari San Francisco – segera bergerak mendirikan Indonesian Diaspora Business Council (IDBC). Setelah itu, IDBC melakukan penandatanngan MoU dengan KADIN, APINDO dan HIPMI pada September 2012.
Diaspora Indonesia di AS juga cepat melakukan diskusi intensif melalui skype dan kemudian membentuk Indonesian Diaspora Network (IDN) Chapter USA yang dipimpin Mohamad Al-Arief, pemuda cerdas yang bekerja di World Bank. Setelah itu, cabang-cabang IDN lain akan segera mulai terbentuk di berbagai kota, IDN Chapter Philadelphia, IDN New York, serta di kota-kota lainnya di AS. Proses pembentukan chapter IDN ini kini terus berjalan.
Sementara itu, diaspora Priyo Pujiwasono dan kawan-kawan memelopori gagasan bahwa diaspora Indonesia perlu diwakili oleh daerah pemilihan (dapil) sendiri, dan tidak lagi diwakilkan pada dapil DKI 2 sebagaimana selama ini berlaku. Gagasan ini terus bergulir dan akibatnya pada tanggal 14 Desember 2012 sejumlah wakil diaspora Indonesia, diantaranya Deyantono, Mira Bagus, Robert Manan telah mengajukan permohonan hak uji material tentang pemilihan anggota legislatif Mahkamah Konstitusi di Jakarta untuk merealisir aspirasi ini. Tanggal 21 Januari 2013, dijadwalkan akan dilakukan hearing di Mahkamah Konstitusi atas permohonan uji materi oleh tim dapil diaspora.
Kepengurusan Indonesian Diaspora Foundation/IDF juga telah terbentuk dan akan menjadi penggerak bagi kegiatan-kegiatan sosial kemanusiaan diaspora serta akan menjadi organisasi 501c3. IDF akan melancarkan berbagai program bantuan seperti; (1) Computers for Schools (program yang dirancang untuk membantu sekolah-sekolah Indonesia, terutama SD dan SMP di daerah yang belum memiliki komputer); (2) Foster Family One on One Program akan fokus pada upaya pemberantasan kemiskinan di Indonesia melalui kegiatan mentoring dan adoption oleh keluarga diaspora Indonesia kepada satu keluarga miskin di Indonesia; serta (3) Diaspora to Diaspora Program akan fokus untuk mendukung dan membantu sesama diaspora Indonesia.
Sementara itu, Indonesian Diaspora Network Brain Bank (IDN-BB) saat ini tengah mempersiapkan database berbasis website (internet) untuk menghubungkan diaspora Indonesia di seluruh dunia dari berbagai bidang. Website tersebut selain memuat berbagai database dan profil diaspora, juga akan memiliki program yang edukatif dan informatif.
Ada sisi lain dari diaspora yang penting dicatat. Dalam beberapa bulan terakhir, terjadi beberapa tragedi di AS yang mengusik nurani diaspora. Pada tanggal 20 Juli 2012, di Aurora, Colorado, seorang pemuda bernama John Holmes melakukan penembakan masal dalam bioskop dan membunuh 12 orang, serta melukai sekitar 58 orang lainnya, termasuk 3 anggota keluarga Diaspora Indonesia – Anggiat Mora, Rita Paulina dan putra mereka, Prodeo Patria. Segera setelah itu, diaspora langsung bergerak, terjun ke lapangan untuk bertemu korban, dan memberikan bantuan dan bersinergi dengan tim dari KJRI Los Angeles. Tak hanya itu, keluarga diaspora Indonesia juga ikut menjaga Prodeo Patria selama beberapa hari setelah keluar dari rumah sakit, karena sang ayah masih harus menjaga ibunya di rumah sakit. Saya kagum atas kekompakan dan rasa persaudaraan di antara diaspora Indonesia di Colorado yang bergerak secara proaktif.
Hal serupa terjadi dalam skala yang lebih besar ketika terjadi badai Sandy di Pantai Timur pada akhir Oktober 2012. KJRI New York bekerja bersama-sama diaspora Indonesia setempat, turun ke lapangan untuk melihat kerusakan yang menimpa diaspora Indonesia dan memberikan bantuan. Diaspora – tanpa diberi komando – secara otomatis langsung beraksi, melalui milis dan telepon, mengumpukan bantuan, mencari korban, berbagi informasi, bekerjasama dengan KBRI dan KJRI NY, dan mengirimkannya kepada keluarga yang membutuhkan. Saya menyampaikan apresiasi kepada diaspora Indonesia yang cepat dan tanggap berinisiatif untuk menggalang bantuan, di antaranya Uyung Asikin dan Hani White yang memberikan bantuan langsung kepada keluarga Aay Mina Weiler yang rumahnya hancur di Ocean City. Tentunya banyak diaspora lain yang turut berperan dalam mengkoordinir bantuan, seperti komunitas diaspora di Austin dan San Antonio, Texas, dan diaspora-diaspora lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Hal ini membuktikan diaspora Indonesia telah menjadi suatu komunitas yang kompak, dan suatu kekuatan sosial dengan rasa kepedulian yang tinggi. Hal ini sangat berbeda dengan situasi sebelumnya dimana komunitas-komunitas Indonesia di berbagai kota di AS umumnya tidak begitu saling mengenal. Karena itu, kita semua mempunyai tanggung jawab moral untuk terus menjaga dan menyalakan api diaspora ini.
Tahun 2013 akan menjadi tahun yang penuh tantangan bagi kita semua. IMF menyatakan ekonomi dunia akan menghadapi external headwinds yang deras tahun ini. Situasi politik dan keamanan dunia juga akan mengalami goncangan-goncangan. Namun di tengah semua tantangan itu, saya yakin akan 2 hal: momentum ekonomi Indonesia akan terus terjaga dan hubungan RI – AS akan terus berkembang.
Untuk tahun 2013, ada beberapa prioritas yang ingin kita capai.
Pertama, adalah menjaga hubungan baik RI – AS. Saya ingin hubungan Indonesia – AS semakin kokoh, dan tidak lagi terbebani oleh teori konspirasi dan sikap saling curiga yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Hubungan Jakarta-Washington, D.C. di abad ke-21 harus dibangun atas dasar kesetaraan (equal partnership) dan dengan berorientasi ke depan (forward looking) untuk mencapai kepentingan bersama (shared interest). Hubungan RI – AS di abad ke-21 kini sudah mempunyai wajah baru, dengan modalitas baru, dalam era baru, sebagaimana tercermin dalam Deklarasi Comprehensive Partnership yang sudah disepakati Presiden SBY dan Presiden Barack Obama. Kini, kita harus menjaga agar kemitraan baru ini dapat memberikan kontribusi yang konkret bagi kesejahteraan rakyat, dan bagi keluarga serta individu Indonesia.
Tahun ini, akan diadakan lagi US -Indonesia Joint Commission Meeting ke-4 pada tingkat Menteri. Kami juga akan berupaya menyelesaikan sejumlah isu-isu bilateral, termasuk masalah perdagangan dan investasi, misalnya ekspor minyak kelapa sawit ke AS; dispute di WTO tentang ekspor produk seafood ke AS, khususnya udang; dan isu-isu lainnya. Indonesia tahun ini juga menjadi tuan rumah KTT APEC yang akan berlangsung di Bali bulan Oktober 2013, dan mengharapkan partisipasi aktif AS pada tingkat tertinggi.
Kedua, saya juga ingin agar diaspora Indonesia semakin kompak, dan dalam pergaulan sosial tidak membedakan antara diaspora WNI dan diaspora yang sudah menjadi warga AS. Saya juga mengharapkan kekompakan dan persaudaraan itu semakin kokoh antara masyarakat dari berbagai macam latar belakang suku, budaya dan agama. Saya ingin diaspora Indonesia di AS menjadi tauladan bagi kebhinekaan Indonesia di tanah air. Komunitas Muslim, Kristen, Hindu, dan Budha dalam tubuh diaspora Indonesia perlu terus meningkatkan tali persaudaraan dan semangat toleransi di antara kita semua. Hindari sikap ekslusivisme dan tingkatkan solidaritas. Ketika timbul kontroversi film ”The Innocence of Muslims”, saya senang sekali melihat Oscar Zaky dari organisasi IMAAM, Pendeta Tanos dari komunitas Kristen Indonesia, ikut bersama saya ke State Department untuk menyerukan pandangan bersama mereka membela integritas Islam. Saya berharap hal ini juga berlaku dua arah. Apabila komunitas agama lain mengalami masalah serupa, komunitas diaspora agama lainnya juga akan solider.
Ketiga, mari kita sukseskan Kongres Diaspora Indonesia ke-2 di Jakarta bulan Agustus 2013. Kongres ke-2 ini bertema “Diaspora Indonesia Pulang Kampung”. Ini akan merupakan kesempatan emas bagi Bangsa Indonesia di tanah air untuk melihat sendiri dan berinteraksi dengan diaspora secara langsung dan bukan dari layar televisi. Bagi sejumlah diaspora lain, ini akan menjadi perjalanan yang emosional karena merupakan pertama kalinya mereka pulang ke Indonesia setelah puluhan tahun hidup dan berkarya di negeri lain.
Saya menghimbau para diaspora di Amerika untuk mulai merencanakan berpartisipasi dalam Kongres Diaspora Indonesia ke-2 di Jakarta, dan mulai menabung untuk perjalanan pulang kampung tersebut. Jikalau memungkinkan, saya anjurkan diaspora dapat membawa keluarga untuk turut merasakan suasana Hari Kemerdekaan 17 Agustus dan juga lebaran di Indonesia. Saya juga berharap agar dalam 8 bulan ke depan, komunitas diaspora Indonesia di Amerika secara aktif membentuk berbagai IDN chapter di kota / wilayah masing-masing – di Houston, Boston, Chicago, Seattle, San Francisco, Los Angeles, Miami, dll. Saya juga menyampaikan harapan agar diaspora Indonesia terus memupuk networking sesama diaspora, baik di AS maupun di seluruh dunia. Biaya untuk membangun networking ini relatif murah karena dapat menggunakan fasilitas milis, skype, social media, dll. Ingatlah: networking adalah sumber peluang, pemberdayaan dan kekuatan bagi anda dan keluarga anda.
Khusus untuk siswa-siswa Permias se-Amerika, saya sampaikan agar jangan menyia-nyiakan kesempatan emas untuk menjadi komunitas yang relevan bagi bangsa Indonesia. Permias se-Amerika sudah di”tantang” oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh, dan saya sendiri untuk membuat makalah mengenai visi “Indonesia 2050”, yang akan dipersembahkan dalam Kongres Diaspora Indonesia ke-2 di Jakarta tahun ini. Jangan lewatkan peluang ini untuk membuktikan kekuatan intelektualitas Permias dan generasi muda Indonesia.
Untuk menampung ide, masukan, kritik, saya juga akan melakukan Teletown Hall Conference untuk diaspora Indonesia di AS pada awal Februari 2013. Teleconference Town Hall adalah forum komunikasi interaktif real time secara langsung melalui sambungan telepon bebas biaya. Ini adalah kesempatan bagi saya dan anda untuk berbicara langsung per-telepon sebagai sesama kolega. Untuk yang berminat bergabung, harap menghubungi KBRI Washington, D.C. melalui email: teletownhall@embassyofindonesia.org Untuk seluruh WNI yang mempunyai masalah dan memerlukan bantuan kekonsuleran (misalnya masalah paspor, mengalami bencana/musibah) saya harapkan untuk tidak segan-segan menghubungi KJRI terdekat/KBRI Washington, D.C. Mengingat ekonomi AS yang belum benar-benar pulih, saya ingin juga menghimbau agar sesama diaspora Indonesia dapat saling membantu, terutama untuk saudara-saudara diaspora Indonesia yang “hidup keras” dan berusaha survive di tengah kesulitan ekonomi ini.
Akhir kata, saya dan keluarga mohon maaf sekiranya dalam pelaksanaan kegiatan serta tugas-tugas terdapat kesalahan dan kekhilafan. Selain itu, segala kekurangan staf KBRI Washington DC adalah tanggung jawab saya dan akan terus saya perbaiki. Saya juga ucapkan terima kasih kepada seluruh staf KBRI dan KJRI se-AS atas dedikasi mereka melaksanakan tugas negara dan menjaga hubungan RI-AS, serta dalam meningkatkan hubungan dengan diaspora. Apresiasi tertinggi saya sampaikan dari lubuk hati yang dalam kepada masyarakat dan Diaspora Indonesia di AS yang menjadi sumber energi dan inspirasi bagi seluruh diplomat Indonesia di Amerika Serikat.
Sampaikan salam hormat saya kepada keluarga Anda, dan Selamat Tahun Baru 2013. Semoga Tuhan memberkati kita semua.
(Signed)
Dr. Dino Patti Djalal
Duta Besar LBBP RI
Kedutaan Besar Republik Indonesia
2020 Massachusetts Avenue NW
Washington, DC 20036
Twitter : @dinopattidjalal
Website: www.embassyofindonesia.org